Wednesday, March 24, 2010

FAKTA TENTANG HIV/AIDS

KENYATAAN Ttg HIV/AIDS
Saat ini AIDS merupakan penyebab kematian terbesar ke-4 (empat) pada orang dewasa di seluruh dunia, akibatnya, terjadi peningkatan jumlah yatim piatu hingga 13,2 juta anak di seluruh dunia. Setiap hari, 14.000 orang tertular HIV yang sebagian besar adalah remaja usia antara 15-24 tahun & setiap menit seorang anak dibawah usia 15 tahun terinfeksi HIV di suatu tempat di dunia sehingga diperkirakan sejumlah 60 juta orang telah tertular dan 21 juta diantaranya telah meninggal. 95% dari pengidap HIV/AIDS di seluruh dunia, berada di negara miskin.

Informasi AIDS Epidemic Update 2009 sebagaimana dilaporkan oleh UNAIDS menyebutkan bahwa 33.4 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV. Tercatat pula, bahwa Indonesia termasuk negara dengan perkembangan epidemi AIDS yang paling cepat di Asia (among the fastest growing epidemics in Asia)

Sampai akhir September 2009, Departemen Kesehatan RI melaporkan secara kumulatif 46.702 orang yang hidup dengan HIV dan AIDS, 18.442 orang AIDS, dan sebanyak 28.260 orang yang dilaporkan masih dalam stadium HIV.

Cara penularan kasus AIDS kumulatif yang dilaporkan melalui Heteroseksual 49,7%, Injecting Drug User (Pengguna Narkoba Suntik) 40,7%, dan Lelaki Seks Lelaki 3,4%. Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20¬ 29 tahun (49,57%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (29,84%) dan kelompok umur 40-49 tahun (8,71%). Kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau. Yang memprihatinkan adalah, bahwa dalam 22 tahun sejak pasien pertama ditemukan di Indonesia, telah terjadi "feminisasi" dari epidemi - bila pada awal epidemi hampir seluruh penderita AIDS adalah laki2, pada tahun 2009, sudah 20% orang yang terinfeksi HIV adalah perempuan, lebih dari separuhnya adalah ibu rumah tangga biasa, yang tidak pernah ganti2 pasangan.

Di Indonesia, hingga Juni 2008, dari 18.963 kasus HIV/AIDS(12686 AIDS, 6277 HIV) yang paling banyak terinfeksi adalah pengguna Narkoba Suntik yang hampir setengahnya dan Usia Produktif (20-29 tahun) merupakan jumlah terbanyak. Untuk itu, ketika berbicara ttg Narkoba maka wajib juga berbicara ttg AIDS dan begitu pula sebaliknya.

Banyak orang menganggap bahwa ketika sudah terinfeksi Hiv berarti kita sudah mengidap penyakit Aids dan tinggal menunggu mati saja. Padahal itu adalah anggapan yang salah dan sangat keliru. Pada kenyataannya, banyak dari mereka yang sudah terinfeksi Hiv masih dapat beraktivitas seperti layaknya orang yang lain bahkan tidak jarang produktifitas & prestasi mereka melebihi orang yang belum terinfeksi. Virus Hiv tidak akan membuat kita menjadi Aids & kita pun dapat menjalani hidup sebagaimana yang lainnya jika kita secepatnya melakukan tes Hiv sukarela (VCT) untuk megetahui status kita sebelum benar-benar terlambat.

KESAKSIAN MANTAN NAPI NARKOBA Kota Palu

SALAM,
Nama saya Rhere (Nama samaran), kawan-kawan saya biasa memanggil saya Rhe. Saya lahir di Palu pada 1977. Saya adalah seorang penggemar sepak bola yang hidup ditengah keluarga sederhana. Saya mulai mengenal Narkoba pada kelas 1 SMA, sekitar tahun 1994. Pada waktu itu usia saya sekitar 17 tahun. Jenis Narkoba yang pertama kali saya lihat yaitu jenis Ganja. Awal mulanya ganja saya dapatkan dari teman yang berasal dari luar kota yang juga sering kumpul bersama teman-teman se-geng. Setiap kali teman tersebut datang ketempat kumpul kami dia selalu membagi-bagikan ganja secara gratis kepada kami. Meski tidak semua teman kebagian paket tersebut namun lama kelamaan hampir semua kawan-kawan saya yang berjumlah sekitar 15-an orang mulai mengkonsumsi ganja. Pertama kali menggunakan ganja saya merasa pusing-pusing, namun lama kelamaan saya mulai terbiasa menggunakannya. Kurang lebih sekitar 3 bulan sejak pertama kali pake, saya mulai kecanduan dan selalu berusaha mendapatkannya dari teman yang pertama kali memberikan. Bukan hanya ganja, saya juga beberapa kali mengkonsumsi sabu-sabu yang saya dapatkan dari teman yang lain. Setelah sekitar 4 bulan, barang tersebut tidak gratis lagi tapi beli. Hingga akhirnya saya juga mulai menjadi seorang pengedar karena tidak punya uang untuk terus membeli ganja. Selain itu tidak jarang pula uang untuk bayar SPP sekolah dan kuliah pun saya gunakan untuk beli ganja atau sabu. Saya pun mulai masuk ke dalam jaringan peredaran gelap narkoba. Tidak sedikit dari teman-teman saya yang se-geng juga terjebak oleh kondisi seperti yang saya alami. Setelah kurang lebih 4 tahun bergelut dengan urusan narkoba akhirnya pada tahun 1999 saya tertangkap bersama beberapa teman. Saat itu saya berstatus sebagai seorang mahasiswa semester 3. Saya menjalani masa hukuman selama 7 bulan. Hidup jadi seperti tidak berguna, masa depan serasa hancur, Frustasi, Depresi, putus asa, dan tidak punya semangat hidup lagi. Setiap harinya saya selalu sangat berharap mendapat kunjungan dari siapapun, terutama kedua orang tua saya. Selama 2 bulan pertama menjalani hukuman saya sangat pasrah dengan apapun yang akan terjadi, bahkan mati sekalipun lebih baik sekiranya itu dapat mengakhiri tekanan batin saya. Namun, dukungan kedua orang tua dan keluarga serta teman-teman yang sering mengunjungi saya menghidupkan kembali semangatku hingga saya merasa TIDAK SENDIRI melewati semuanya. Dan saya akhirnya berhasil melalui 7 bulan itu meski saya merasa merasa itu seperti 17 tahun lamanya.

Setelah keluar dari penjara, saya pun kembali ke dunia dimana saya harus menerima kenyataan bahwa saya merasa begitu Hina sebagai seorang Mantan Narapidana yang tidak mendapatkan tempat lagi dimasyarakat. STIGMA & DISKRIMINASI dr Msyrakat mmbuatku seakan tdk punya tmpat Lg diDunia ini. Sempat terbersit keraguan dan rasa tidak percaya diri untuk bisa kembali lagi ke lingkunganku dan terutama di keluargaku. Namun disaat yang sama saya juga ingin membuktikan kepada diri saya sendiri bahwa saya pasti bisa melewati masa-masa tersulit itu dan siap menghadapi apapun untuk mengembalikan semua yang telah direnggut oleh Narkoba. Hingga akhirnya, dengan berupaya setegar mungkin saya kembali melanjutkan kuliah dengan semangat baru dan mencoba untuk bangkit dengan berbekal sedikit SPIRIT serta dukungan dari segenap keluarga dan beberapa sahabat dekat saya.

Waktu terus berlalu dan usaha keras saya mulai menunjukkan hasil. Setelah kembali ke bangku kuliah, saya pernah menjabat sebagai ketua dari salah satu lembaga seni di kampus. Hingga akhirnya, pada tahun 2006 saya berhasil menyelesaikan studi dan meraih gelar Sarjana Hukum. Sejak saat itu saya aktif berorganisasi yang kemudian membawa saya bergabung dengan sebuah komunitas yang didirikan oleh para mantan pengguna maupun pengedar Narkoba yang bernama Komunitas Masyarakat Anti Narkoba (KOMANDO) SULTENG yang sekarang lebih dikenal dengan nama AIDS SUPPORT CENTER (ASC) SULTENG, yaitu salah satu LSM yang bergerak dibidang Pencegahan Narkoba dan Penanggulangan HIV/AIDS di Sulawesi Tengah. Dan, saat ini (2009) saya menjabat sebagai Koordinator Divisi Advokasi & Kampanye serta aktif bersama AIDS SUPPORT CENTER (ASC) dalam berbagai kegiatan penyuluhan yang berhubungan dengan permasalahan narkoba dan HIV/AIDS.

Harapan saya yaitu :
Saya berharap kepada kita semua, terutama kepada aparat hukum agar mulailah untuk merubah model penanggulangan Narkoba dengan cara : Merubah sedikit saja cara pandang kita dengan mulai melihat permasalahan ini secara lebih MANUSIAWI, karena tidak semua dari kami adalah Penjahat. Kami masih sangat ingin kembali menjadi baik sekiranya RUANG MANUSIAWI itu telah ada dihati kita semua, sehingga kedepannya tidak akan ada lagi adik-adik saya yang hancur masa depannya karena dikeluarkan dari sekolahnya. Untuk itu saya menghimbau kepada kita semua agar tetap menyuarakan PERANG TERHADAP NARKOBA tetapi tidak MEMERANGI ORANGNYA sepanjang dia adalah pengguna, dan masih ingin kembali & Hindari Hiv/Aids tnpa hrus MENJAUHI ORANGnya.
TERKHUSUS UNTUK TEMAN YANG HIDUP DGN HIV:
Jangan lagi ada tangisan & air mata
Jangan lagi ada luka
Jangan lagi ada jeritan
Dan, jangan lagi ada keputusasaan,
Karena "KAU TAK SENDIRI, SOBATTT....skali Lg,,,"KAU TAK SENDIRI"

BAGAIMANA MENGETAHUI HIV Di TUBUH Kita....

Apakah tes HIV?

Tes HIV merupakan pengujian untuk mengetahui apakah HIV ada dalam tubuh seseorang. Tes HIV yang umumnya digunakan adalah yang mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons HIV, karena antibodi itu lebih mudah (dan lebih murah) dideteksi dibanding pendeteksian virus itu sendiri. Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons suatu infeksi.

Bagi sebagian besar orang, antibodi tersebut memerlukan waktu tiga bulan untuk berkembang. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, antibodi ini perlu sampai enam bulan untuk berkembang.

Setelah kemungkinan pajanan, berapa lamakah saya harus menunggu sebelum menjalani tes HIV?

Hendaknya anda menunggu tiga bulan setelah pajanan sebelum dites HIV. Walaupun tes antibodi HIV sangat sensitif, ada “periode jendela” selama tiga sampai 12 minggu, yang merupakan periode antara terinfeksi HIV dengan kemunculan antibodi yang dapat dideteksi. Dalam hal tes anti HIV paling sensitif yang saat ini direkomendasikan, ?periode jendela?-nya adalah sekitar tiga minggu. Periode ini bisa saja lebih lama bila tes yang kurang sensitif yang digunakan.

Selama “periode jendela”, orang yang terinfeksi HIV tidak memiliki antibodi yang dapat dideteksi oleh tes HIV dalam darahnya. Kendatipun demikian, seseorang mungkin sudah memiliki HIV dalam kadar tinggi dalam cairan tubuhnya seperti darah, cairan semen, cairan vagina, dan ASI. HIV dapat ditularkan ke orang lain selama “periode jendela” ini, walau tes HIV mungkin saja tidak menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.

Mengapa saya harus menjalani tes HIV?

Ada dua keuntungan penting bila anda mengetahui status HIV. Pertama, bila anda terinfeksi HIV, anda dapat mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu sebelum gejala muncul, yang secara potensial dapat memperpanjang hidup anda selama beberapa tahun. Kedua, bila anda tahu bahwa anda terinfeksi, anda dapat mengambil segala kewaspadaan yang dipandang perlu untuk mencegah penyebaran HIV kepada orang lain.

Di mana saya dapat menjalani tes/ pemeriksaan?

Banyak tempat di mana anda dapat dites HIV: di kantor praktek dokter swasta, departemen kesehatan setempat, rumah sakit, klinik keluarga berencana, dan tempat-tempat yang secara khusus dibangun untuk pengetesan HIV. Cobalah untuk mencari tahu tentang tes di tempat dimana konseling HIV/AIDS diberikan.

Apakah hasil tes saya bersifat rahasia?

Semua orang yang melakukan tes HIV harus memberikan izin sebelum dites. Hasil tes harus mutlak dijaga kerahasiaannya.

Ada berbagai jenis tes yang tersedia:

* Tes HIV rahasia

Para ahli kesehatan yang menangani tes HIV menyimpan hasil tes dalam data medis secara rahasia. Hasil tidak dapat dibagi dengan orang lain tanpa izin tertulis dari orang yang dites.

* Tes HIV Anonim

nama orang yang dites tidak digunakan dalam kaitannya dengan tes tersebut. Sebagai gantinya, sebuah nomor kode diterakan dalam tes, yang memungkinkan individu yang dites menerima hasil tes. Tidak ada dokumen tersimpan yang dapat mengaitkan orang dengan tesnya.

Kerahasiaan bersama (shared confidentiality) dianjurkan, dalam artian kerahasiaan tersebut juga dipegang oleh orang lain yang mungkin meliputi anggota keluarga, orang yang dicintai, para pengasuh, dan teman-teman yang layak dipercaya. Namun perlu hati-hati dalam membuka hasil tes HIV karena dapat menimbulkan diskriminasi dalam perawatan kesehatan, serta lingkungan profesi dan sosial. Oleh karena itu keputusan atas kerahasiaan bersama harus sepenuhnya atas kehendak orang yang akan dites. Walaupun hasil tes HIV sebaiknya tetap dijaga kerahasiaannya, para ahli seperti konselor, pekerja sosial, dan pekerja kesehatan perlu juga untuk mengetahui status HIV-positif seseorang dalam upaya memberikan perawatan yang sesuai.

Apa yang harus saya lakukan ketika saya terjangkit HIV?

Berkat perkembangan pengobatan baru, kini terdapat lebih banyak orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih lama. Sangatlah penting bagi anda untuk memiliki dokter yang tahu bagaimana cara perawatan HIV. Konselor atau perawat terlatih dapat memberikan konseling dan merekomendasikan dokter yang tepat.

Selain itu, anda dapat melakukan hal-hal berikut agar tetap sehat:

* Ikuti petunjuk dokter anda. Atur dan tepai janji dengan dokter. Bila dokter anda memberi resep, minumlah sesuai dengan yang tertera dalam resepnya.
* Lakukan imunisasi (suntikan) untuk mencegah infeksi seperti pneumonia dan flu (setelah berkonsultasi dengan dokter anda).
* Bila anda merokok atau anda menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter anda, segera hentikan.
* Makan makanan yang sehat.
* Berolahragalah secara teratur agar tetap sehat dan kuat.
* Tidur dan beristirahatlah dengan cukup.

Apa artinya bila tes HIV saya hasilnya negatif?

Hasil tes yang negatif berarti bahwa di dalam darah anda, tidak terdapat antibodi HIV saat Anda melakukan tes. Bila anda negatif, pastikan bahwa anda tetap seperti itu: pelajari berbagai fakta mengenai penularan HIV dan hindarkan diri agar tidak terjerumus dalam perilaku yang tidak aman.

Kendatipun demikian, masih terdapat kemungkinan terinfeksi, karena sistem kekebalan tubuh memerlukan waktu sampai tiga bulan untuk memproduksi antibodi dalam jumlah yang cukup untuk mengindikasikan infeksi dalam tes darah anda. Sangat disarankan untuk melakukan tes ulang beberapa waktu setelah tes pertama itu, dan seraya menunggunya, anda bersifat waspada. Selama “periode jendela” sangat besar kemungkinan seseorang untuk menularkan, dan karenanya, anda hendaknya melakukan berbagai upaya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan.