Friday, October 27, 2017

Ada Apa di Hari Blogger Nasional ?




Orang boleh pandai setinggi langit,
 tapi selama ia tak menulis, 
ia akan hilang didalam masyarakat 
dan dari sejarah
-Pramoedta Ananta Toer-

Kutipan diatas, benar-benar pantas untuk di jadikan sebuah kalimat pembuka, karena sukses membuat saya merinding. Bagaimana tidak?, saat pertama kali kita dilahirkan, kita ingin terus merasakan kasih sayang. Setelah bertumbuh remaja, kita ingin selalu dipedulikan, dan saat kita beranjak dewasa, kita ingin selalu diperhatikan. Lalu? apakah ada diantara kita yang setelah melalui proses kehidupan di dunia ini, lantas ingin dilupakan begitu saja?. Tentu tidak. Bahkan kita ingin lebih dari sekedar dikenang. Untuk apa? Yah, setidaknya kita mampu mempertahankan eksistensi diri dan tidak merasa sia-sia karena sudah melalui banyaknya rintangan dan perjuangan untuk hidup.

Lebih jauh saat Ayahanda pramoedya mengatakan hal tersebut, atau mungkin saat itu saya belum mengenal tulisan beliau, saya sudah mencoba untuk belajar menulis tentang apapun yang saya mau. Tulisan itu mungkin awalnya berbentuk diary sejak  sekolah dasar dan akhirnya terus berlanjut menjadi cerpen, puisi hingga sebuah berita dan akhirnya beberapa tulisan tembus di lingkup Nasional (yey).

Pertanyaan yang lebih sederhana adalah 'Mengapa saya begitu menyukai kepenulisan?.' Pastinya seperti apa yang saya katakan di paragraf awal. Bahwa siapapun ingin dikenang, dan saya pun ingin dikenang dengan tulisan-tulisan saya. Memang sih, untuk di kenang tidak melulu melalui tulisan. Tapi juga bisa melalui lukisan, pahatan atau dalam bentuk karya seni lainnya. Bisa juga loh karena sebuah pengabdian. Tapi, menulis itu beda. Bedanya adalah; soal perasaan atau pemikiran yang kamu tuangkan secara lebih terperinci dan mengena di hati siapapun.  Hal itu akan sterus berada dihati para pembacanya, meskipun sang penulis telah tiada. Nah, kalau begini, siapa yang tak mau nulis, coba? Apalagi jika kita mengetahui bahwa tulisan dapat merubah dunia. Contohnya saja sebuah berita. Berita dapat menghidupkan maupun mematikan seseorang dengan tulisannya. Karena hal apapun yang ditulis dan disebarluaskan, ia akan terus menghasilkan pandangan dan mendapatkan sebuah kesimpulan. Mau seperti apa kesimpulan yang kamu dapatkan, semua bergantung dari apa yang kamu tuliskan.
 
Lalu, bagaimana dan dimana harus menulis?. Di zaman yang  penuh sesak oleh kids jaman now ini, tentunya sudah banyak sekali media dengan website yang di gratiskan untuk publik. Loh kok gratis? Ia lah, kalau kamu mau nulis di website yang berbayar sih gak apa-apa. Tapi saya memilih yang gratisan aja ye seperti blog, hehehe.
By the way, sejak saya aktif di blog sejak SMP tahun 2009 (halah tuaan amat) , saya belum tahu tuh kalau ada yang namanya hari blogger nasional (atau saya yang kurang update yah). Untungnya saya segera sadar, mengingat beberapa tahun lalu, ada begitu banyak event yang diselenggarakan oleh dan untuk blogger. 
Info buat kalian nih.  Ternyata, hari Blogger pertama kali dicanangkan Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Muhammad Nuh, pada 27 Oktober 2007 pada pembukaan Pesta Blogger tahun itu.
Blog sudah menjadi media informasi yang sangat populer saat ini. Tidak hanya sebagai media menulis, bahkan tak sedikit yang memanfaatkannya untuk melakukan bisnis atau mencari penghasilan melalui kegiatan nge-blog.

Yupsi !. Dulu memang ada namanya pesta blogger. Tapi entah kenapa, semakin memasuki era kids jaman now ini (lagi-lagi). Acara tersebut entah kemana. Padahal, pestanya sangat meriah dan mempersatukan seluruh blogger nusantara. Terus, ada apa di Hari Blogger Nasional ini?. emm,,,, yah gitu deh, mungkin saja ada lomba blog, atau perayaan kecil-kecilan dari komunitas blogger. Tapi yang pastinya, kamu akan menemukan banyak 'BOM Tulisan' dari para blogger yang aktif sampai sekarang dan ajakan-ajakan untuk menulis, dari para blogger.

Sudah deh, sekarang apa mau kalian?. Masa cuma capek baca tulisan saya saja. Mending buat tulisan gih. Curhat sepuasnya yang kamu mau. Gak ada yang larang kok. Atau, kamu belum punya blog?. Hedeh!. Sebelum kalian dikalahkan sama anak-anak (ah sudahlah) mending nulis. Siapa tahu cerita kamu di blog, bisa dibukukan seperti punyanya kak raditya dika. 

Akhirnya, saya hanya bisa bilang "Selamat hari Blogger Nasional untuk seluruh Blogger Indonesia." Kapan-kapan, mesti buat acara besar yah :)

#blogger #haribloggernasional #indonesia
 

Sunday, October 22, 2017

PEDULI : Rumus Biar Bullying Tak Lagi Terjadi

Siapa yang tidak mengenal bullying?. Menurut Wikipedia, bullying atau penindasan adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Penjelasan yang harus kita garis bawahi disini adalah 'dapat menjadi suatu kebiasaan.Loh, kenapa bisa?. Hal ini menurut Psikolog keluarga Kassandra Putranto, seperti yang dikutip dari Republika menyatakan bahwa perilaku ini  bisa terjadi lantaran pelaku terbiasa setiap harinya menindas orang lain tanpa disadari. 

Perilaku tersebut tentu patut kita cegah, karena bisa jadi hal tersebut akan terus terjadi, bahkan menimpa keluarga, adik, atau anak kita sendiri. Sebuah pemberitaan tentunya belum lama menggegerkan kita akan kasus bullying tersebut. Bagaimana tidak, seperti yang diberitakan oleh Viva, bahwa kasus bullying anak di Indonesia meningkat pada tahun 2017. Dari layanan yang dibuka Kemsos melalui telepon sahabat anak atau (Tespa), sejak Januari hingga 15 Juli, tercatat ada 976 pengaduan dan 17 adalah kasus bullying. Tentunya angka yang cukup tinggi bukan? Sayangnya hal tersebut bukanlah prestasi yang patut kita banggakan, apalagi jika ditambah dengan kasus bullying lainnya yang tidak pernah mencuat ke permukaan.

Satu hal lagi yang harus kita ketahui bersama, bahwa para korban bullying tentunya memiliki dampak buruk, terutama  bagi kondisi mentalnya. Mulai dari depresi sampai menutup diri. Bahkan yang lebih fatal lagi, Korban bisa bunuh diri, atau mati ditangan teman sendiri. Seperti kasus Siswa SD Negeri 07 Pagi Kebayoran Lama Utara yang berinisial NAA meninggal dunia di tangan teman sekelasnya berinisial R pada Jumat (18/09/2015). Tentunya hal tersebut tidak kita inginkan untuk terjadi dengan keluarga kita.   

Lalu bagaimana caranya untuk menghentikan bullying ini,?. Nah, berikut adalah rumus Peduli yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. 

(P)edulikan sekitar, (E)ntah dia adalah kerabat dekat atau bukan. (D)atangi dan dekati. (U)payakan untuk menasehati. (L)aporkan bila terjadi tindakan berlebih, dan (I)ngat! LPSK selalu melindungi."  

By the way, kalian sudah tahu apa itu LPSK?  LPSK atau Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban adalah lembaga yang mandiri yang bertanggung jawab untuk menangani pemberian perlindungan dan bantuan kepada saksi dan/atau korban sesuai tugas dan kewenangan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, berkewajiban menyiapkan, menentukan, dan memberikan informasi yang bersangkutan dengan pelaksanaan tugas, kewenangan, maupun tanggung jawabnya kepada publik

Nah, tunggu apalagi. Sekarang keputusan ada ditangan anda. Ayo Bertindak ! Cegah dan Laporkan sebelum terlambat !.




Penulis : Nur Komariah
Design Picture By : Nur Komariah 



Sumber :

Monday, October 16, 2017

Gravitasi & Magnet

(Illustration by bluepalette) :
Beberapa hal menarik, terkadang kita temukan melalui bacaan orang lain. Latar belakangnya, sinopsis ceritanya, dan hal lain yang awalnya kamu sebut "ah, ini biasa saja".
Tapi, apa semuanya sudah kamu baca?.
Masa penulis gak suka baca?. Atau, mana mungkin seorang pemikir seperti kamu gak suka baca?.
Atau jangan-jangan, kamu merasa bacaan mereka itu lebih kuno dari apa yang sebelumnya pernah kamu lihat?.

Ah, kamu egois.
Membaca cerita orang lain saja, kamu tak mau.
Lalu secara tiba-tiba, kamu menginginkan seisi duniamu dibaca orang lain?. Mustahil !.

Kamu mesti ingat. Kita tinggal dibumi yang hukum gravitasinya jatuh bawah. Sehingga apapun yang kamu hempas lurus keatas, pasti akan jatuh kembali padamu. Apapun yang kamu perbuat, balasannya pasti akan selalu sampai kepadamu.

Ini bukan hanya cerita tentangmu. Tapi juga tentangku yang beberapa kali tak peduli dengan bacaan orang lain. kamu paham kan, yang aku sebut bacaan?. Dia adalah kehidupan orang lain yang sering kali kita lihat dari sampulnya saja.
Sampulnya buruk, kita nilai dia buruk. Sampulnya baik, kita nilai dia baik. Lalu apa cukup sampai disitu?. 

Tidak. Tidak seperti apa yang kita lihat. Ini tipuan. Sama seperti dua sisi mata uang. Kita tak pernah tahu, apa yang akan muncul saat melempar koin setelahnya. Apa kita bisa bertaruh, bahwa yang sebelumnya kita lihat akan menjadi sama? Tentu tidak.
Tapi satu hal yang harus kita mengerti di dunia ini. Bahwa hidup bagaikan kutub magnet  yang saling tarik-menarik, jika memiliki kutup yang berbeda. bahwa kita akan tetap bersama, jika mengerti dan memahami segala apa yang berbeda. 

Itu aku,,,,
lalu kamu,,,,,
kemudian kita,,,,
dan juga mereka.




-------------
Penulis 


Nur Komariah

Saturday, October 14, 2017

Soal Cerita Itu......

Picture by : Ottokim.
Jika bahagia adalah apa yang kau nantikan sejak lama, maka mimpi adalah bagian daripada itu. Sulit namun kau tak akan mampu membendung apa yang kau inginkan darinya (selama ini). Soal mimpi, ah, sesungguhnya aku tak ingin membahasnya. Bisa saja hal ini (nantinya) akan membuatku lebih ‘jatuh’ lagi. Yah, aku siap dengan pernyataan barusan. Tapi kemungkinan, aku juga belum terlanjur. Kau tahu mengapa selama ini aku hanya duduk termangu di depan laptop dan memikirkan apa yang mesti ku tuliskan untuknya?. Sebab,  ini perihal mimpi bagiku.  Dia (sebut saja lelaki bernama cinta), adalah bagian dari fiksi yang tak kunjung usai kutuliskan untukmu. (sekali lagi) Ini mimpi?.  Yah, bisa iya, bisa juga tidak.

Aku memang sudah lama menulis serentetan cerita fiksi, dalam berbagai statusku di sosial media. Jika kau membacanya, kau pasti akan berkata, bahwa penulis yang satu ini menjadi rumit karena selalu saja mengalami baper atau galau setiap harinya. Sungguh itu bukanlah perihal mudah bagiku. Bahkan untuk beracting bahwa hari ini kau sedang sedih saja, kau butuh sekedar referensi untuk melakukannya. Aku harus mengatakannya dengan jujur bahwa semua itu hanyalah perasaan buatanku saja. Ah, atau mungkin aku memang sedang galau? Entahlah. Aku tak peduli. Sebab yang kupikirkan adalah bagaimana menyentuh hatimu dengan tulisan yang mungkin kau anggap ‘kacangan’ ini. 

Lalu, apa pentingnya semua itu bagiku?. Kau tentu tahu, bagaimana perasaan yang tak pernah sampai kepada seseorang yang mungkin saja hingga kini, kau masih ingin meraihnya?. Yah, Aku seperti itu. Tapi kian lama ia malah membentuk cerita dan impian itu. Lantas, mana mungkin aku membiarkannya sekedar berkeliaran di kepalaku?. Ah, aku tak ingin hal itu.    

Soal cerita itu, aku membaginya kedalam dua hal : Apa yang terjadi, dan apa yang sesungguhnya ku harapkan untuk terjadi. Tak masalah kan?. Meski beberapa (lelaki) menyebutkan dirinya yang menjadi bagian daripada itu. Oh tuhan, itu mustahil !. Meski dia adalah orang yang turut menambahkan cerita dalam hidupku, tapi aku dengan tegas untuk menjawab, Tidak!. Ini bukan tentang siapapun dari mereka (lelaki itu). Ini perihal ‘Dia’ yang kuceritakan dalam dimensi lain, dengan caraku, dan impian dari masa depanku. Kau tak akan pernah tahu itu. Begitu pula denganku. Sebab sekali lagi, ini adalah rahasia, antara tuhan dan kehidupanku. 

Terkadang, kita menceritakan suatu hal yang tak begitu penting dalam kehidupan ini. Tapi kau terus saja bercerita hingga semua orang tahu apa yang kau rasakan. Kau tak peduli seberapapun mereka yang mendengarkannya. Sebab yang kau tahu, suatu saat akan ada seseorang yang mendengarkanmu dengan tulus, bahkan setia mendengar cerita itu hingga kau tua. Sudahkah kau menemukannya?. Meski kita sama-sama tahu, perihal mendapatkan seseorang yang bisa diajak menua bersama adalah hal yang tak mudah. Sama halnya dengan seorang penulis. Meski sulit, namun suatu saat ia pasti menemukan pembaca setianya. Begitu pula dengan kita. Menemukan seseorang yang suatu saat akan setia mendampingi kita, selamanya. 


Palu, 15 Oktober 2017



Nur Komariah


Wednesday, June 14, 2017

THR Tidak Dibayar? Laporkan ke Disnakertrans

Nurkoms.Blogspot.com – Hari raya idul fitri, tinggal menghitung hari. Pembagian THR (Tunjangan Hari Raya), pastinya menjadi hal yang paling dinantikan oleh setiap pekerja atau karyawan. Lantas bagaimana dengan THR anda?. Jika tidak dibayar, maka laporkanlah segera ke Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi (Disnakertrans) daerah setempat.

Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) No. 6 Tahun 2016 ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menaker No. 3 tahun 2017 tentang pembayaran THR Keagamaan, bahwa THR harus dibayarkan paling lambat  tujuh hari sebelum hari raya keagamaan. 
Kepala Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Disnakertrans Sulteng, Joko Pranowo mengatakan dalam Surat edaran itu pula dijelaskan bahwa, bagi perusahaan yang terlambat membayar THR atau tidak membayar, maka akan mendapatkan sanksi. 

“Setelah adanya permenaker itu, ada disebutkan juga sanksinya. Jadi, perusahaan itu kalau membayarkan THR nya terlambat, ada dendanya lima persen dari total yang harus dibayarkan. Kalau perusahaan tidak membayar, ada sanksinya juga, berupa teguran tertulis, penghentian sementara, sampai kepada pencabutan izin usahanya” jelasnya kepada nurkoms.blogspot.com, Rabu (14/6/2017).

Olehnya Joko menghimbau, jika ada tenaga kerja di Sulteng yang tidak mendapatkan THR, untuk segera mengadukannya melalui SMS atau telepon di 081341021971 atau 081341133688 maupun melalui email di phiwasnakerprop.sulteng@yahoo.co.id .  

“Karyawan tidak perlu takut untuk melaporkan perusahaan atau tempat dimana ia bekerja, karena kami akan menjaga kerahasiaannya,” terangnya. 

Adapun besaran pembayaran THR menurut Surat Edaran tersebut yaitu, bagi pekerja atau buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih, diberikan sebesar satu bulan upah. Sementara bagi yang telah mempunyai masa kerja satu bulan terus menerus, tetapi kurang dari 12 bulan, diberikan secara proporsional. 

“Kalau mau lebih terserah. Aturannya, standar satu bulan gaji. Tetapi kalau yang dibawah satu tahun, dari yang mulai satu bulan, itu proporsional sesuai dengan masa kerjanya. Kalau yang satu bulan, perhitungannya itu dibagi 12 bulan, kemudian dikalikan gaji pokoknya,” jelas Joko.

Ia berharap, agar pihak pengusaha dan pekerja dapat saling mengerti. Pengusaha harus memberikan haknya kepada pekerja, dan pekerja juga harus memenuhi kewajibannya. (KOM)


(Pewarta  adalah Nur Komariah)
This entry was posted in

Friday, March 31, 2017

Abadikan Momen Istimewa Dengan Scrapbook

Semua orang tentunya memiliki begitu banyak kenangan. Entah itu, bersama orang terdekat,atau kisah perjalanan hidup yang mungkin saja sempat diabadikan lewat foto. Biasanya sebagian orang memilih menyimpan semua momen itu kedalam video, atau bahkan menyimpannya dalam sebuah album biasa.

Tapi tahukah kalian bahwa momen tersebut dapat kamu rangkai dalam scrapbook yang merupakan album kreatif yang bukan hanya memuat foto, tetapi juga klipingan atau catatan penting yang berhubungan dengan moment dimana photo tersebut diambil?. Nah, dari namanya saja, pasti kalian sudah tahu bahwa scrapbook adalah buku tempel. Atau disebut dengan istilah, seni menempel buku. Sebuah karya dengan menggunakan kreativitas untuk menghasilkan album yang unik, indah, dan tampil beda. 

Untuk memiliki scrapbook ini, kamu tidak perlu membelinya di toko, ataupun memesannya dengan siapapun. Karena, kamu bisa membuatnya sendiri dengan cara yang sederhana. Mengabadikan momen dengan hasil karya sendiri, pasti jauh lebih indah bukan?.

Sama seperti album biasa, hanya saja Scrapbook ini dibuat dari bahan yang dengan mudah kita temui seperti berbagai jenis kertas, gunting , lem kertas, pensil warna, crayon atau spidol, pernak-pernik seperti pita, kancing, atau bahan unik lainnya. Cara membuatnya pun terbilang mudah. Namun perlu kreativitas untuk merangkainya sehingga menjadi album kenangan yang menarik . Mulai dari menentukan tema atau setting cerita yang kalian inginkan, kalian dapat mengkreasikan album kenangan itu sesuka hati, hingga menjadi sebuah album yang bercerita.

Bagaimana? Tertarik untuk membuatnya?. Manfaatkan kertas bekas, atau bahan bekas lainnya disekitarmu juga boleh kok. Semangat berkreasi, yah.


Sumber foto : id.aliexpress.com

Sunday, February 5, 2017

DioramaKu (Bagian Satu)


"Aku mencarimu diujung batas senja. Menantimu hingga bersandar pada gerbong kereta tua. luluh lantak. Mendayu dalam angan. Tapi aku tak pernah berhenti, hingga batu nisan ini terukir atas nama cinta."
*
Sore itu, magenta merona di lengkung langit jawa. Ihwan baru saja usai memberi makan merpatinya. Sekilas tak begitu jelas, namun mega mendung tiba-tiba saja bergerak cepat mengusai langit, dan menghitam.
“Apa yang terjadi?” Tanya ihwan dalam hati
Semilir angin bertautan dengan dedaunan tua, berguguran menerpa wajah. Pupus menghela malam, ditenggelamkan oleh hujan. Ihwan teringat, pertama kali ia mengenalnya. Tanpa akrab. Namun ada senyum terlukis indah dalam bingkai rupa itu.

Setiap pagi aku selalu menerka. Apa yang kelak dikisahkan waktu selain keriuhan hari dan lembaran catatan yang akhirnya jadi kenangan.
-yossy-

Ihwan menatap sajak sang pujangga yang tengah aktif di media sosialnya. Ia kemudian menerka. Mungkinkah pujangga itu merasakan apa yang ia rasa?. Entahlah. namun hening terus saja berucap. Ini masih menjadi rahasia.
“Hai wan,, apa yang kau lakukan ditanah lapang ini dalam hujan? pulanglah. Ibu menunggumu dirumah,” Teriak sosok lelaki bertubuh jakung dari kejauhan. Lelaki itu menyodori payung hitamnya. Sebuah payung yang kerap kali digunakan semenjak kepergian wanita yang ia cintai. Jelaslah disana. Sebuah kalimat cinta dibaliknya. Menunjukkan rasa bersalah pada hari kematian itu.
-Diandra, aku mencintaimu. Dan akan tetap mencintaimu. Maafkan aku -
Hingga saat ini ihwan tak berani bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Tapi seringkali rasa penasaran ini menimpali. Hingga akhirnya mencoba memberanikan diri.
“Mas, apa engkau masih mencintai diandra?” tanya ihwan memulai pembicaraan.
Hujan mengguyur kian deras. Menyembunyikan linangan air mata yang terus saja bersembunyi dari sosok tegar itu.
“Aku minta maaf mas. Aku tak bermaksud. Kalau mas tidak ingin mengatakannya, tidak apa. Aku yang salah” timpal ihwan.
“Aku mencintainya, dan masih akan tetap mencintainya. Diandra. Yah diandra. Aku mengenalnya dalam diam. Dan berpisah lewat kesunyian......”
Ihwan menatap lekat wajah itu. wajah yang selama ini dilihatnya selalu ceria, begitu saja berubah menjadi kelam.
“Aku menyesal, wan. aku menyesaaal. Maafkan aku diandraaaaa“ Teriaknya di sambut riuhnya angin. Tubuhnya pun tergeletak, meratapi tanah. Hitampun Menyergap. Lalu tak sadarkan diri.
“Mas, Sadar mas....” Ihwan mengguncang tubuh lelaki itu. Tapi tak jua mendapati jawaban. Gusar rasanya hati ihwan. Mengapa ia mencoba menanyakan hal yang tak seharusnya dipertanyakan. Hujan pun berhenti perlahan. Ihwan kemudian membopong lelaki itu kembali ke rumah.
Disepanjang perjalanan pulang, semua menatap. Apa yang terjadi? Apa dia kembali pada masa yang lalu? riuh pertanyaan itu memanah. Oh tidak. ihwan mulai kesal. Pertanyaan macam apa itu!. Tak seharusnya orang-orang menatap seperti itu. Ihwan berusaha tak mendengarnya. Berlari dengan segera menuju rumah. Semoga ketenangan segera ia dapatkan disana.
“Apa yang terjadi dengan masmu wan? kenapa ia seperti ini?”. Sosok wanita setengah renta terkejut melihat kepulangan mereka di teras rumah. Wajah ihwan yang lesu dan masnya yang terkapar dalam pangkuan, menambah rasa panik wanita itu. Ihwan bergegas masuk kedalam rumah. Mengambil handuk dan minyak kayu putih untuk mengeringkan dan menghangatkan tubuh Masnya.
“Sebenarnya apa yang terjadi, wan?”, pertanyaan itu kembali muncul dari wanita itu.
“Tidak kenapa bu. Mungkin tadi mas begitu lelah. Ibu kan tahu kalau mas baru saja tiba dari luar kota. Atau mungkin dia tadi lupa makan, bu”. Ihwan berharap kalimat itu mengurangi kecemasan ibunya.
“Yah, mungkin saja wan. Ibu tidak ingin terjadi apa-apa dengan masmu. Tadi selepas sholat ashar masmu menanyakanmu pada ibu. Katanya ia ingin bicara. Mungkin itu yang membuatnya seperti ini. Ia lupa makan seperti katamu”
Ihwan menghela nafas. Syukurlah ibunya percaya dengan kalimatnya barusan. Kembali ihwan membopong masnya ke kamar. Ibunya mengikuti dari belakang. Sementara dari balik gorden dapur, sepasang mata bola mengintip dari kejauhan.
“Apa yang kamu lakukan disitu, ningsih?”
“Mas danu kenapa bu? Ningsih takut terjadi apa-apa dengan mas. Padahal mas danu baru saja tiba dari kota. Ningsih masih rindu bu,” ucap ningsih dengan lirih.
“Masmu tidak kenapa, ning. Kalau kamu masih rindu, ayo sana rawat masmu. Buatkan ia bubur kesukaannya”
“Baik bu.. Ningsih akan buatkan”. Adzan mulai berkumandang. Bersautan dengan derap langkah kaki warga menuju mesjid.
“Mas ihwan tidak ikut ke mesjid?” tanya ningsih, usai menyiapkan bubur kesukaan mas danu.
“Mas dirumah saja dulu sholatnya. Kalau ning mau ke mesjid, pergilah. Mas ihwan akan jaga mas danu disini”
“Baiklah mas, ning pergi dulu bersama ibu. Assalamu alaikum”
“Waalaikum salam. Hati-hati dijalan ning” ucap ihwan.
Ihwan kembali menatap mas danu yang terbaring lemah. Wajahnya mengguratkan kesedihan yang amat dalam.
“Aku permisi dulu mas. Mau sholat, mendoakan mas. Semoga setelah ini, mas bisa segera membaik”. bisik ihwan ditelinga masnya. Mungkin saja Mas danu tak mendengarnya. Tapi ihwan yakin. Hati masnya akan turut merasakan.
Malam itu dipenuhi dengan lantunan ayat suci dari ihwan. Suaranya menggema, menggetarkan hati siapa saja yang mendengarnya. Allah maha besar atas segala sesuatu. Maha pengasih dan penyayang. Ia tak akan memberikan cobaan kepada hambanya diluar batas kemampuan.
Jemari Mas danu bergerak perlahan. Ihwan memberhentikan bacaannya. Sungguh, Maha benar Allah atas segala firmannya. Ihwan mendekatinya perlahan. Terdengar lirih masnya memanggil nama diandra. Mata yang terpejam, kini perlahan terbuka.
“Wan, diandra wan...” Kembali kata itu terucap.
“Mas.. Berhentilah untuk mengingatnya. Dia telah pergi. Kosongkanlah hatimu. Serahkan semuanya pada Allah. Pasti ia tak menginginkan Mas menderita seperti ini,” Hanya kalimat itu yang mampu dikeluarkan ihwan. Memang berat rasanya. Tapi masnya akan semakin larut bila terus dibiarkan begitu saja. Linangan airmata itu tak bisa terbendung. Suara yang ditahannya kini semakin mengeras.
“Aku tidak bisa wan... Tidak bisaaaaaa. Aku Masih bersalah padanya.....!!!!!”
Mas danu memecahkan Vas bunga diatas meja dekat tempat tidurnya. Ia meringkih. Pecahan vas itu diambilnya, lalu dilayangkan ditangannya.
“MAS ! APA YANG KAU LAKUKAN? BERHENTI !!! ITU DOSA!!!!
Mas danu tak menghiraukan perkataan ihwan. Ia mencoba bunuh diri...

 ***
Tubuhku beku. Rasanya tinggal nafas satu persatu tertahan diantara malam yang dingin dan kaku. Bertahan hingga membiru. Aku tersayat ribuan sembilu.
-yossy-

Ihwan menatap layar ponselnya. Sebuah status dari pujangga tampak menghiasi beranda facebooknya. Entahlah. Pagi ini sepertinya membuatnya benar-benar beku. Mas danu, terbaring lemah di pembaringan rumah sakit. Sejak semalam hati ihwan benar-benar tak karuan.
“Apa yang dipikirkan mas danu? Kenapa perempuan itu bisa membuatnya sebegitu bersalah dan menderita ?!. Ya Allah. Apa yang terjadi” Ihwan tak hentinya memukuli dinding rumah sakit. Tak begitu keras. Sebab yang keras kali ini adalah hatinya.
Sementara itu, ningsih dan ibunya hanya menangis tersedu dirumah. Ibu bisa saja menangis sekencang-kencangnya. Namun ihwan melarangnya.
“Ini tak boleh diketahui warga bu. Apa yang akan mereka katakan nanti. Pasti mas danu akan jadi bulan-bulanan di kampung ini. Ibu mengerti kan?” kata ihwan sebelum tergesa menuju rumah sakit.
Hati siapa yang tak gundah. Apalagi perasaan seorang ibu. Mana bisa perasaan itu menahan tangis, sedang anaknya dalam keadaan antara hidup dan mati.
“Ya Allah. Lindungilah anakku. Ampuni dia,”. Isak tangis itu tertahan dikerongkongan sang ibu. Rasanya benar-benar sakit. Tapi mau bagaimana lagi. Jika warga tahu akan hal ini, semuanya akan kembali seperti dulu. Menatap tajam, dan menggunjing mas danu. Mas danu dianggap layaknya orang gila karena seorang wanita yang dicintainya telah pergi.
“Bu, ibu tidak kenapa kan?” tanya ningsih saat melihat kondisi tubuh ibunya yang kian melemah dan semakin melemah...
“Bu.. Ibuuuuuuu....” Suara itu tiba-tiba saja tercegat. Hampir saja. Yah hampir saja. Ningsih menahan teriakan itu dalam tangis yang bisa saja membunuh dirinya, perlahan. Melihat ibunya yang tak sadarkan diri, ia hanya bisa berbaring disisi sang ibu.
“Bu.,, Ningsih tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Perempuan itu, benar-benar telah membuat kita semua dalam keadaan menderita. Diandra!. Aku pasti akan temukan perempuan itu. !!!” ucap ningsih mulai geram.
Gelas ditangan ihwan tiba-tiba saja terjatuh. Pecahan gelas itu berserakan disekitar lantai tempatnya duduk saat ini.
“Apa yang terjadi, nak?” Tanya seorang bapak tua yang berada disampingnya.
“Ah, maaf pak. Saya melamun. Saya akan segera bersihkan pecahannya,”.
“Sudahlah. Biar cleaning service saja yang membereskannya. Tapi, siapa yang sedang kamu tunggu,nak”
“Aku sedang menunggu kakak. Ia sedang sakit”
“Sakit apa?”
“Itu...” lidah ihwan kelu.
“Ya sudah. Tak apa kalau belum bisa dijawab. Bapak permisi dulu yah”
“Ia pak” jawab ihwan mengangguk.
Entah kenapa suasana malam ini terasa panas. Angin pun seolah enggan untuk berhembus. Padahal barangkali, hembusannya mampu menghapus penat dalam diri ihwan.
“Sejak awal kau datang kerumah mereka, yang mereka pikirkan adalah dirimu akan menjadi pendamping selamanya untuk danu. Tapi... kenapa kamu datang lalu pergi begitu saja. Tanpa pamit, lalu berbohong telah mati. Setidaknya kamu beritahu mereka. Atau tidak, beri alasan pada danu sehingga ia tak memikirkanmu lagi seperti ini...” kata seorang lelaki misterius di depan ruang perawatan danu.
“Maafkan aku ...” Ucap seorang wanita di ujung telfon


Sebelum aku membuka mata, hanya satu pintaku. Kau ada disampingku, hingga mata ini kembali terpejam. Atau setidaknya kita, terpejam bersama selamanya ....

“Maafkan aku Dim.. Tapi tolong jaga danu untuk diandra.. ” Kalimat barusan diucapkan seorang wanita dengan Isak tangis.
“Kamu..?? kamu bukan diandra!!!.. mana diandra??!!” lelaki itu mengeraskan suaranya di telpon. Satu hal yang lelaki itu tahu, bahwa diandra masih hidup. Dan selama ini ia selalu berbagi cerita dengan diandra meskipun jauh. Diandra selalu bersembunyi. Entah dimana. Tapi yang lelaki itu tahu, bahwa diandra pergi dan tak akan pernah kembali.
“Selama ini yang kamu hubungi bukanlah diandra, dimas.. Tapi aku. Aku sama sekali tak tahu dimana diandra”
“Kamu bohong!. lalu mengapa nomor ponsel diandra ada padamu? Dan mengapa suaramu selama ini begitu mirip dengan diandra?!”. Nafas lelaki itu tak karuan. Rasanya dia benar-benar kesal telah dibohongi selama ini.
“Sejak awal yang kau hubungi adalah aku, dim. Aku berpura-pura menjadi diandra. Dan selama ini kau tak pernah sekalipun berbicara dengan dia. Karena yang selama ini kamu hubungi adalah aku, dan aku sengaja merubah suaraku agar mirip dengan diandra. Tapi sekarang, aku sudah muak untuk berpura-pura!. Asal kamu tahu, dim. Dua tahun yang lalu, diandra menuliskan pesan lewat surat untukku dan juga untukmu setelah dia tahu bahwa danu ternyata mencintainya”. ucap perempuan itu sambil menggenggam sepucuk surat yang usang.
  
Dear aninda dan dimas sahabatku...
Rasanya aku tak ingin pergi bila ku tahu ada seseorang yang sangat mengharapkanku untuk terus hidup bersamanya. Hanya saja aku berkaca, aku tak pantas untuknya. Namun, seorang pemuda yang shaleh itu terus saja menggetarkan hatiku. Membuatku harus berbohong untuk mengatakan bahwa aku adalah seorang muslim. Dan Aku bukanlah seorang muslim. Aku hanyalah perempuan yang tak beragama, yang tak pernah memilih tuhan mana yang aku percayai. Hingga dia datang membawa nama islam.
Dia adalah danu. Untuk pertama kalinya kami bertemu di sebuah pasar dekat pesantren ternama di kota itu. Danu adalah seorang penghuni pesantren yang sekaligus mengajar mengaji disana. Kalian tahu, Aku tertarik padanya. Dan mulai saat itu, aku selalu rutin melihatnya dari pasar. Wajahnya yang bercahaya membuatku selalu mengingatnya dan hingga terbawa dalam mimpi. Akhirnya aku memutuskan untuk berkenalan langsung dengannya. Tapi, dia menolak uluran tanganku. Katanya haram baginya untuk kami bersentuhan. Tapi kegelisahanku semakin menjadi. Aku merasa bahwa aku mencintainya. Hingga suatu hari aku menembaknya.
Wajah danu yang bercahaya itu hanya tersenyum lalu membalikkan badannya, melangkah kembali menuju pesantren. Aku kesal. Lalu aku mencoba mencari tahu lebih banyak tentangnya, bahkan mengikutinya hingga ke kampung halamannya. Aku berbohong kalau aku ketinggalan bus. Tapi dengan sangat ramah, danu mengajakku kerumahnya. Bertemu dengan ibu dan adik-adiknua. Sudah sebulan waktu itu, berbagai alasan ku layangkan padanya hingga aku bisa tinggal selama itu dengannya. Aku terus memperhatikannya dengan sangat dalam. Mencoba menerka apakah ia mencintaiku apa tidak. Tapi danu, sama sekali tak pernah mengatakan cinta padaku. Padahal aku berulang kali menembaknya, dan hanya dibalas senyum olehnya.
Aku semakin membencinya. Padahal aku sangat mencintainya. Kalian tahu, bahwa aku selalu menangis setiap malam hanya untuknya. Tapi apa balasannya?. Aku kecewa. bahkan sangat kecewa. Aku merasa danu telah mempermainkan perasaanku. Hingga aku tak mampu lagi membendung segalanya. Aku minta maaf padanya lewat sepucuk surat “aku kecewa padamu”. Mungkin itulah inti dari surat yang aku buat. Melalui surat itu aku berjanji tidak akan pernah menemuinya lagi. Hingga akhirnya kabar kematianku sampai kepadanya. Entah siapa yang memulai. Tapi aku meminta pada kalian untuk menjaga baik-baik rahasia ini. Aku tak bisa bersaing dengan perempuan itu. Ia memaksaku sehingga aku harus memilih untuk mati di hati dan pikiran danu.
-Diandra-

“Aku sama sekali tak mengerti dengan penutup dari akhir surat ini. Apa maksud diandra?!!” tanya dimas pada aninda sebari merebahkan dirinya di kursi dalam sebuah gedung tua. Kekesalannya pun semakin menjadi-jadi.
“Aku juga sama sekali tak tahu, dim. Untuk tahu diandra dimana, akupun tak tahu”
“Lalu ponsel dan nomor itu?” dimas mengarah tajam kearah ponsel yang digenggam aninda.
“Ponsel dan nomor ini datang bersamaan dengan sepucuk surat itu dua tahun yang lalu,dim. Akupun tak tahu darimana diandra tahu alamat rumahku. Dan pesan pertama yang masuk diponselnya menginginkan agar aku berpura-pura jadi diandra,” jelas aninda.
Kini, aninda dan dimas hanya saling menatap.
Apa yang sedang terjadi?. Mengapa semua ini begitu rumit tuhan?. Apa yang diandra pikirkan??. Apa hanya sekedar balas dendam pada perasaannya yang dulu pada danu?. Tapi  rasanya tak mungkin. Tapi.. ia menyebut perempuan. Siapa perempuan itu????. Duhai waktu, percepatlah waktu ini berputar,” ucap dimas dalam hati.

***

Hujan kembali membasahi bumi. Tetesan demi tetesannya, jelas memberikan kehidupan baru bagi mereka yang kerap kali menantinya. Tanaman tampak begitu segar. Udara yang dihasilkanpun demikian. Seolah hujan memberi ketenangan bagi siapa saja yang menikmatinya. Tapi sesungguhnya tidak, bagi ihwan.
Hari itu masih jelas dalam ingatan, bagaimana perihnya kesedihan mas danu. Sosok yang dikenal ihwan memiliki jiwa yang tenang, bahkan tegar dalam segala persoalan. Tapi entah kenapa, perempuan itu seolah meluluh lantakkan sosok mas danu. Apakah ini karena cinta?, atau memang mas danu lah yang telah berubah.
Begitu banyak pertanyaan yang bergemuruh dibenak ihwan. Tapi, ah. Terserahlah apa kata orang. Mereka hanya tahu mencibir. Mereka tak tahu apa-apa tentang mas danu, termaksud dirinya sendiri. Semenjak mas danu pergi untuk mengajar di sebuah daerah, ihwan tak tahu lagi bagaimana perkembangan mas danu. Hingga pada saat itu, sosok wanita bernama diandra diajaknya kerumah. Diperkenalkan pada ibu.
Ihwan menatap hampa butiran air yang jatuh dari langit yang melewati atap rumah sakit. Aroma disekitarnya pun mulai berubah, berganti dengan aroma tanah. Sesekali ihsan menghirup aroma itu, dalam setiap helaan, sebari memperbaiki sandarannya dibangku rumah sakit yang tak jauh dari ruangan mas danu. Barangkali ada doa disana. Yang sengaja ia panjatkan, untuk kesembuhan mas danu.
“Sudah lama wan?”. Ihwan sedikit terkejut dengan suara yang sesungguhnya tak asing baginya.
“Maaf. Kalau boleh tahu, anda ini siapa? sepertinya anda tidak begitu asing” tanya ihwan, sebari menatap jeli wajah lelaki dihadapannya.
“Saya dimas. Kawan lama mas mu,” Ihwan sedikit mengingat ke masa lalu.
“Oh, ya.. sekarang aku ingat.. Mas dimas yang dulu teman satu SMP kan? yang sering godain ningsih sampai menangis itu kan?”
“Ya.. ihwan. yang itu tidak perlu di ingat juga dong.” Ucapnya terkekeh.
“Hahaha.. yayaya.. Apa kabar mas?. Ihwan sudah jarang, bahkan tak pernah bertemu mas dimas lagi.”
“Saya sekarang sibuk kerja wan. Selepas SMP, saya harus pindah ke daerah lain, hingga mencari kerja. Sampai akhirnya, saya mendengar kabar Mas mu dari teman-teman. Bagaimana kabarnya? apa sudah baikan?”.
“Belum mas. Mas danu belum juga sadarkan diri,” ucap ihwan menunduk.
Dimas lalu memegang punggung ihwan. Berusaha membuat seorang adik dari teman lamanya itu bertahan sekuat tenaga.
“Sabarlah wan. Danu orangnya kuat kok. Dia perlu waktu untuk pemulihan diri. Jujur saya terkejut dengan sikapmu yang sekarang wan. Danu pernah bilang, kalau kamu itu bukan orang yang cengeng. Ayolah. Buktikan apa yang mas mu katakan”. Mendengar kalimat barusan, ihwan berusaha mengangkat pandangnya. Setidaknya lewat mas dimas, ihwan merasakan nasihat mas danu yang jelas terlihat olehnya.
“Kalau boleh saya tahu, ruangan danu dimana yah?,” Tanyanya pada ihwan yang tampak mulai tenang.
“Disana mas. Yang ada tulisan kenanga. Masuk saja kedalam. Nanti mas akan lihat ruangan yang sedikit tertutup dari ruangan lainnya,” Jelas ihwan
“Saya kesana dulu, boleh kan?” tanya dimas.
“Ah ia mas. Silahkan. Saya masih ingin menyendiri dulu disini.”
“Baiklah kalau begitu wan.” Ucap dimas, lalu beranjak menuju ruangan danu.
Kamar itu memang agak tertutup dibanding kamar lainnya. Mungkin saja hal itu memang sengaja, agar orang-orang tak banyak tahu tentang siapa dan kenapa penghuni kamar tersebut.
Begitu membuka pintu kamar rawat danu, dimas terkejut. Seorang wanita dengan jilbab besar ada disana. Menyadari kehadiran orang lain, sontak membuat wanita itu terkejut, dan langsung berlari keluar hingga menabrak tubuh dimas.
“Hey.. siapa kamu???!!”.. Dimas tak tinggal diam. Ditariknya lengan wanita itu hingga kesakitan.
“Kenapa kamu harus lari.. ?? Kamu ini siapa?!!” Tanya dimas dengan nada yang mulai meninggi.
“Lepaskan!..” Jerit wanita itu.
“Aku Bilang lepaskan !!!” Wanita itu dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan diri. Merasa kekuatannya tidak sepadan dengan dimas, wanita itupun menggigit lengan dimas hingga berdarah..
“Awwww... “ teriak dimas, yang kemudian melepas lengan wanita itu. Kesempatan itu diambil sang wanita untuk pergi dari hadapan dimas.
Mendengar suara jeritan dari ruangan danu, ihwan pun menghampiri.
“Ada apa mas dimas?. Lohh. kok tangan mas dimas berdarah,” tanya ihwan saat menatap lengan dimas.
“Ah itu.. tidak kenapa kok. cuma lecet kena paku. Oh ia. Apa kamu tahu, kalau tadi ada seorang wanita yang datang kesini?”
“Tidak mas. memangnya kenapa? apa ada orang yang masuk kesini?”
“Oh tidak kok. Saya cuma tanya. Siapa tahu saja ada teman lama danu yang datang. Kalau begitu saya permisi dulu yah. Sebentar saya balik lagi” ucap dimas
“Ia mas,”.
Sepanjang perjalanan pulang, dimas tak hentinya memikirkan kejadian barusan.
“Aku heran dengan wanita itu. Kalaupun ia sekedar menjenguk, maka tak perlu ia harus sepanik dan sebrutal itu. Ada apa dengan dia?. Wajahnya pun tak pernah kulihat.. Siapa dia sebenarnya?”...
Langkah kaki dimas pun seolah tak menentu. Sama seperti pemikirannya tentang wanita berjilbab besar itu. Dan sekali lagi, untuk apa, dan perlu apa wanita itu ada disana?? Mengapa Ia begitu panik melihat dimas?? 

*** 

Writers by Nur Komariah