Friday, March 30, 2012

LANTUNAN CINTA


Dear diary
Hari ini aku berangkat menuju musholla sekolahku, kalian tau tidak? aku ketemu sama orang yang wah, fantastic,Tampangnya sih biasa aja, tapi suaranya itu loh. Wow, keren . aku suka banget denger dia melantunkan adzan. Nah hari ini, aku penasaran banget, siapa sih dia itu?
            “Rin, lagi apakamu?  Dian menepuk bahu rini
             Rini terkejut dan menutup bukunya
            “Lagi Nulis” ucapnya.
            “Sebentar sore ada pengajian, kamu mau ikut tidak ?
            “Oke oke, aku ikut”.
            Dian kemudian meninggalkan rini, rini kembali menulis dibuku diary-nya
Denger kabar sih, orang yang adzannya keren itu ikut pengajian setiap sorenya. Itulah kenapa aku memutuskan untuk ikut kegiatan itu. Yah walaupun sebenarnya aku malas keluar rumah.
(Rin,kamu dimana sih? Pengajian sudah mau dimulai nih) sebuah sms masuk di hp rini
            “Astaga!” rini bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas berangkat ke tempat pengajian
            5 menit kemudian
            (Rep: ia, akusudah mau berangkat) sms terkirim ke hp dian

#Sesampainya ditempat pengajian
Rini melewati beberapa orang dalam musholla dan duduk disamping dian
            “Kamu dari mana aja sih?”
            “Aku baru bangun”
            “Ya elah, pantasan jilbab kamu tidak karuan begitu. Terus kamu tidak mandi?”
            “Hhe mau gimana lagi. Kalau aku mandi lagi, bakalan tambah terlambat”
            “Ya ampun rin” dian menggelengkan kepalanya
            “Sudah sampai dimana bacanya?” Tanya rini pada dian
            “Sini, nih” dian menunjuk pada surah dan ayat yang dibaca
Seusai pengajian, rini baru tersadar. Ternyata suara yang membimbing anak-anak mengaji itu sangat keren dan dia adalah orang yang rini dengar lantunan adzannya tadi siang
            “Dian, Siapa tuh?”
            “Itu namanya kak alif, suaranya keren banget. Aku jadi nge-fans deh sama dia” puji dian
Rini menatap semua orang yang ada di musholla dan terkejut.
            “Eh, di.Tidak salah tuh? Dista ikut pengajian?”
            “Ya tidak salah donk ,kalau atas nama cinta. Dia ikut pengajian sih karena ada ka alif, emmkamu juga, kenapa baru ikut?”
            “Itu,,,,” rini tersendat
            “Kenapa dista bisa suka sama ka alif, ka alif kan biasa-biasa aja, bukannya dia suka sama cowok yang wah gitu?” rini mengalihkan pembicaraan
Dian melirik rini “Aku juga tidak tau, tapi mereka suka setiap lantunan ayat yang dibaca ka alif, bukannya wanita muslimah itu sukanya sama cowok yang seperti itu? Jadi tidak salah donk ” jawab dian dengan enteng.
Rini pergi membuang air kecil di kamar mandi mushollah
            “Aduhhh, cepetan dong…” rini mengetok-ngetok pintu kamar mandi
            “Eh,kamu  tidur yah dalam sana” sambung rini lagi.
            “De” suara itu tertuju pada rini. Rini menoleh kesamping
Rini menatap orang itu,
            “Ada apa?”
            “Kamar mandinya tidak  ada orang kok”
            “Loh, tapi pintunya kok kekunci?”
            “Kamu dobrak aja dengan kencang, pasti terbuka”orang itu lalu meninggalkan rini.
Seketika itu, rasa buang air kecil rini hilang. Dia lalu menuju ketempat dian yang sedang menunggunya.
            “Lama banget sih” kesal dian
            “Ya, maaf”
Rini menoleh kearah musholla, sebuah senyuman hangat terarah padanya.
            “Ka alif” ucap rini
            “Ada apa rin? Tanya dian
            “Tidak apa-apa kok?”
Alif melewati mereka. “ Aku diluan yah, assalamu alaikum”
            “waalaikum salam” jawab kami berdua
Rini menatap alif yang sedang bejalan
ku tidak menyangka, hanya dengan lantunan ayat bisa membuat orang menyukainya. Aku yakin dia pasti melantunkan ayat itu, benar-benar karena cintanya pada allah. Dan allah pasti membukakan pintu hati bagi  setiap orang yang mendengarnya. Subhanallah.


Penulis : Nur Komariah

Secarik Kain Merah


-->


Aku pernah membaca cerita ini. Seorang anak lelaki yang rela menolong orang-orang saat dirinya sendiri terancam maut. Ahsan menataplukisan itu dengan seksama, sebuah lukisan yang menggambarkan seorang anak lelaki muda menggenggam secarik kain merah. Ahsan meraba lukisan itu, dan terasa betapa kasarkanvas yang disentuhnya.
            Menyusuri jalan setapak, melewati gang-gang dan rumah disekitarnya yang tidak tersusun rapi.  “Sangat indah bila dilukiskan menjelang sore hari”,pikirnya. Ahsan memasuki sebuah rumah yang sangat sederhana. Mandi,mengganti pakaian dan kembali bersandar dikursi belajarnya. Kursi tua pemberian sang kakek.
            “San, kenapa melamun?” Tanya fandi,kakaknya . Kakaknya adalah seorang photographer.
            Ahsan menoleh kearah kakaknya.
            “Apa anak-anak palestina begitu menderitanya?” tanya ahsan dengan wajah sedih
            “Waktu itu dan sekarang anak-anak palestina tetap menderita, yang hanya bisa mereka lakukan adalah menangis dan ketakukan dalam perang besar”,Jawab kak fandi.
            “Apa tak ada lagi yang bisa menolong mereka,hingga mereka harus menyelamatkan diri mereka sendiri, bahkan menolong orang yang bisa ia tolong, bukankah mereka masih belum kuat?”
            “San,, saat kita masih mampu bergerak, kenapa kita tidak menerjang segalanya? Saat kita masih kuat, kenapa tidak kita menolong orang lain? Saat kita terhimpit dengan kesulitan, kenapa tidak kita membuat sebuah harapan?
            Ahsan begitu terkesima mendengar penjelasan dari kakaknya.
Bahkan burung yang terkurung karena luka, mampukah membebaskan dirinya? Saat semua mengatakan, burung yang luka  pantas untuk dikurung karena mereka tidak bias berbuatapa-apa.Ahsan memandangi burung-burung yang terbang bebas di langit sore yang begitu cerah.
            “Ahsan,, sesuatu itu mungkin mustahil bagi manusia, tapi tidak mustahil bagi Allah s.w.t. Dan yang mesti manusia tau adalah Allah selalu berada diantara kita, dan tak ada satu pun yang mustahil didunia ini, selama kau berusaha. Renungkanlah kata itu, dan Jadikanlah sebagai prinsipmu” kak fandi lalu meninggalkannya seorang diri dikamar, ditemani kicauan burung yang pulang mencari makan.

***


Manusiapun ingin bebas,,,
Saat dirinya menghadapi masalah
Saat dirinya diterjang oleh rasa ketakutan
Dan saat dirinya dalam keadaan terpuruk sekalipun

Ingin menghindar,,,
Tapi tak bisa dalam keadaan itu
Berdoa dan hanya pasrah
Mungkin karena manusia
Adalah hidup
Untuk ditakdirkan.

            Ahsan menulis sebuah puisi diatas pohon yang sangat rindang. Ditemani kicauan burung dipagi hari, dan menghirup udara segar dari atas pohon. Ingin melihat-lihat keindahan pagi ,katanya pada ibu.
            Ahsan tak menyadari, lembar puisinya terjatuh. Seorang bapak paruh baya mengambil kertas itu dan membacanya. Dilihatnya Ahsan yang sedang duduk termenung diatas pohon.
            “Hey, nak. Ini kertasmu terjatuh”.
Ahsan melihat kearah bawah pohon. Namun, dia mengenali sesuatu dari bapak setengah paruh baya itu. Ahsan menuruni pohon dan menghampirinya.
            “Ini kertasmu nak”
Ahsan hanya menatap lengan bapak itu, sebuah kain kecilberwarna merah  yang terikat dilengannya.
            “Ada apa nak”
            “Kenapa bapak harus mengikat kain merah itu ditangan bapak?”
            “Kain ini bukan berwarna merah”
            “Ini jelas berwarna merah pak, kalau bukan warna merah terus dibilang apa?”
Bapak paruh baya itu tersenyum.
            “Kain ini sebelumnya berwarna putih”
            “Apa bapak mewarnainya?”
            “Tidak, ini adalah pemberian kakek bapak”, Bapak tersebut melepas ikatan itu dari lengan dan memegangnya. Persis seperti lukisan yang pernah dilihatnya.
            “Kain ini memang dulunya berwarna putih. Suci dan tulus seperti niat kakek bapak yang ingin menyelamatkan nyawa orang-orang yang dicintainya. Tapi setiap ketulusan pasti akan berakhir dengan pengorbanan”
Ahsan tetap medengar cerita bapak itu.
            “Beberapa puluh dan bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu, kakek bapak hendak menolong orang lain. Namun, tangannya terluka bahkan tertembak oleh musuh”.
            “Kakek bapak pejuang?”
            “Ya, dia adalah pejuang tanah air. Dia mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk menyelamatkan nyawa orang lain, dan bahkan dia tidak peduli bahwa saat itu dia mengancam nyawanya sendiri”. Bapak itu menatap ahsan dengan tersenyum
            “Kenapa bapak tersenyum dan kenapa kain itu bisa berada ditangan bapak?”
Bapak itu menganggukan  kepalanya, dan tersenyum kembali
            “Sebelum kematiannya pada hari itu, dia menyerahkan kain ini pada ayah bapak. dia berpesan bahwa kain ini harus diberikan pada generasi selanjutnya, agar semangat juanganya tidak berakhir. Saat itulah, saat kecil bapak diberikan kain ini dan harus dibawa kemanapun bapak pergi. Karena dengan melihatnya, ayah bapak maupun bapak sendiri tau bagaimana sebuah pengorbanan itu dilakukan atas dasar ketulusan. Dan bapak bangga dengan hal itu.Sebuah semangat,keberanian,kesucian serta ketulusan yang mampu untuk merubah keadaan fisik seseorang, bahkan yang terluka sedikitpun”.
            “Dan bahkan tidak memandang usia?”.
            “Tidak nak”.
            “Bagaimana mungkin dengan usia yang masih sangat muda, mereka tak punya kekuatan lebih”.
            “Siapa bilang? Bahkan mereka yang masih sangat muda itulah yang menyimpan semangat yang luar biasa, yang bisa mendatangkan keberanian. Mereka punya kekuatan yang besar yang tersimpan dalam diri dan perkataannya”.
            “Bagaimana mungkin?”
            “Pernahkah kamu berfikir, ketika seorang anak kecil memiliki sebuah cita-cita, ia akan terus mengatakan hal itu dan selalu melakukan hal-hal seperti cita-citanya. Orang disekitarnya akan terpengaruh dan bersemangat jika mendengar cita-cita dan menyiapkan rencana kedepan untuk sang anak dan berharap anak tersebut dapat mencapainya. Dan bukankah saat sang anak melihat orang yang dicintainya terluka, dia akan marah dan melakukan apa saja demi membalas luka orang yang dicintainya itu. Mungkin dia tidak kuat, namun orang yang terluka itu akan bangkit dan tersadar bahwa dia mampu untuk membalaskan lukanya, karena  jeritan bahkan tangisan anak yang dicintainya itu. Bukankah anak yang sangat muda itu menyimpan kekuatan yang lebih untuk membangkitkan semangat orang-orang disekitarnya?”. Bapak itu tersenyum kembali
            Ahsan terdiam sejenak.
            “Tapi aku kasihan pada mereka?”
            “kasihan pada siapa nak?”
            “Anak-anak palestina,apa bapak pernah melihat sebuah lukisan seorang anak yang memegang kain merah saat peperangan palestina dan apakah bapak juga pernah dengar cerita itu?”
            “Bapak tau. Tapi dimana kamu lihat lukisan itu?”
            “Tidak jauh dari sini ada persimpangan jalan, disana banyak lukisan peperangan”
            “Anak bapaklah yang melukisnya, karena dia sangat kagum  dengan sebuah cerita itu”
            “Kenapa bapak tidak memberikan kain itu padanya? Ahsan penasaran
            “Dia bilang, semangat itu akan tumbuh dari sekitarnya yang percaya akan kekuatan dirinya. sebuah kekuatan akan terlahir dari kehebatan yang dimiliki oleh setiap orang. Dan setiap perkataan dari orang yang dicintainya akan dijadikan pegangan dalam hidupnya. Karena itulah bapak tidak memaksanya”.
            “Bukankah itu sangat rugi jika tidak mengambilnya, kain itu adalah sebuah pustaka bagi bapak sendiri bukan? dan orang yang tepat harus memegangnya”.
            Bapak itu lalu mengambil tangan ahsan dan memberikan kain itu padanya.
            “Kenapa bapak memberinya untukku”
            “Kaulah yang pantas menerimanya, karena kau tertarik pada kain itu ”.

Bapak itu memegang kedua pundak ahsan lalu melanjutkan perkataanya
            “Ada saatnya kita memikirkan orang lain,Tapi  sekarang yang harus kau pikirkan adalah dirimu sendiri. Sejauh mana semangatmu untuk membangun negeri menjadi damai, dan tidak membiarkan negaramu mengalami hal seperti anak-anak palestina itu. Dan juga sejauh mana hal yang kau lakukan untuk mencapai cita-citamu itu terwujud, karena hidup memiliki tujuan”.
Setelah mengatakan hal itu, bapak paruh baya itu meninggalkan ahsan yang terdiam menatap kain merah itu.
Hidup memiliki tujuan? Yah benar aku punya cita-cita sejak kecil. Aku ingin menjadi seorang presiden walaupun orang lain mengatakan itu tidak mungkin. Bukankah didunia ini tidak ada yang mustahil selagi berusaha dan mempunyai semangat? Bukankah secarik kain merah ini yang dapat membuktikan semangat anak palestina itu untuk menyelamatkan orang lain, bukankah itu adalah hal yang menurut semua orang tidak mungkin karena melihat fisik dan kekuatannya? Kalau begitu, apa salahnya aku membangkitkan semangatku untuk terus maju mencapainya karena aku juga peduli dengan negaraku.
Kak fandi menghampiri ahsan
“Karena Secarik kain merah itu? “
“Yah, aku sadar dengan dunia. Hidup memiliki tujuan dan aku akan menggapai tujuan itu”.
            Ahsan tersenyum setelah mengatakan hal itu. Angin dipagi hari yang segar menerpa wajahnya disambut kicauan burung dilangit.

-->


BIODATA PENULIS
Nama lengkap   : Nur Komariah
Sekolah              : Smk Negeri 2 Palu
Kelas                  : XI
Jurusan              : Broadcasting
 

Kalau cinta, yah bilang cinta


-->
Bel tanda istrahat berbunyi,Nana membereskan bukunya dan memasukkannya kedalam tas. Lalu ia menuju kantin sekolah. Ketika melewati beberapa kelas, ia melihat dua orang cowok yang terus memperhatikannya. Nana semakin risih, dia bertanya-tanya dalam hati. apa ada yang lucu dari penampilanku? atau penampilanku lagi berantakan?. Pertanyaan ini terus menghantui nana, hingga akhirnya salah satu diantara dua orang cowok itu berkata
            “Hey, salamnya temanku nih”  Cowok itu menunjuk teman yang berada disampingnya.
“Ouppss, ya ampun aku kirain kenapa.Ternyata hanya salam”kata nana dalam hati
“Eh apa? Salam?cowok itu siapa?”nana tersadar dengan ucapan sebelumnya.
Nana hanya menatap kedua cowok itu, lalu bergegas menuju kantin.
Siapa mereka? Trus cowo yang satunya lagi  itu siapa?
Ahh, entahlah. Mungkin mereka sekedar iseng.
***
Pagi itu nana sangat sibuk. Dia harus menyiapkan segala keperluan,untuk program kerja osis yang telah ia susun sejak semalam. Kemudian Usi menghampirinya.
            “Sibuk banget bu, mau menyambut kedatangan presiden yah” godanya
            “Kamu ini ada-ada saja. Mana ada presiden mau datang kesekolah kita. Yang ada dia sudah lari ketika dengar nama usi” Nana membalas godaan usi.
            “Heh.. enak saja, malah presiden akan senang liat aku na”
            “Ia, kan kamunya orang yang langka yang pernah presiden liat”
Bel tanda masuk berbunyi, nana memasukan semua programnya kedalam map.
            “Ya sudah, aku ketempat dudukku yah”. Usi meninggalkan tempat nana, dan kembali ketempat duduknya.
Bu ratna seorang guru fisika memasuki ruangan kelas mereka. Ketua kelas memberi aba-aba untuk memberi salam.
            “Materi hari ini adalah tegangan permukaan....” bu ratna memulai pelajaran.
Anak-anak mulai memperhatikan dengan seksama.
            “Baiklah, ada yang tautegangan permukaan itu seperti apa?”
Nana mengangkat tangannya.
            “Saya bu”
            “Silahkan nana”
“Tegangan permukaan adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga seperti ditutupi lapisan elastis. Seperti adanya gaya adhesi dan kohesi sehingga menyebabkan meniskus cekung atau cembung”
“Bagus sekali nana. Nah anak-anak agar kalian bisa lebih mengerti, pelajari dan kerjakan soal-soal yang ada di buku kalian
            “Baik bu” jawab siswa serempak
Seusai pelajaran, usi menghampiri nana dan mengajaknya ke kantin. Cowok yang kemarin bertemu nana, kini terlihat memperhatikannya.
            Apa ia, dia yang kirim salam ke aku?apa dia malu, jadinya dia nyuruh temannya? Apa-apaan sih aku ini.
            “Halo... na, kamu kenapa?
            “Tidak kenapa-kenapa kok si”
            “Emm” usi melihat kearah cowok yang nana lihat.
            “Sudahlah. Ayo cepat makan”
                                                                        ***       
Hari ini nana disibukkan oleh seorang guru pembina Pik-remaja. Kebetulan nana merupakan salah satu anggotanya. Dan hari itu, dia ditugaskan bersama dengan lila untuk memanggil nama siswa yang telah tertulis di selembar kertas. Dan  memasuki sebuah kelas.
                        “Ada yang bernama nandar?” tanya nana kepada anak kelas 10 D.
                        “Dia ada di ruangan dekat ruang guru”
Nana bersama lila menuju tempat yang disebutkan oleh anak kelas 10 D itu. Sesampainya disana dia melihat cowok itu lagi. Tapi nana sama sekali tak mau terpengaruh.
                        “Permisi bu, disini ada yang bernama nandar? pembina Pik-remaja memanggilnya untuk mengikuti sosialisasi” kata nana pada salah seorang guru
                        “Nandar” bu guru memanggilkan salah seorang siswa.
Salah satu diantara mereka menoleh ke arah guru itu.
Oh,tidak. Semoga orang itu bukan cowok itu.
                        “Ada apa bu?”
astaga, apa ia ini orangnya?
                        “Kamu dicari sama mereka” guru itu menunjuk kearah nana
Nana menghela nafas, kenapa aku jadi nervous gini yah. Aduh.
Cowok itu melangkah ketempat nana dan lila berdiri.
                        “Pembina Pik-remaja memanggilmu untuk ikut sosialisasi, jadi kamu ditunggu diruangannya”. Kata nana
                        “Ia, nanti aku kesana” jawab cowok itu.
Nana berbalik badan kembali menuju ruangan Pik-remaja.
                        “Kamu kenapa na? Kok aneh gitu?
                        “ha? Tidak kenapa-kenapa”.
Ya ampun, dia cowok  yang kemarin. Kenapa bukan dia sendiri yang sampaikan salam? Kenapa harus temannya?. Huh, nandar yah? Namanya bagus juga.
                        “Na, kamu dari mana saja? Tanya usi
                        “Dari ruangan Pik-remaja ”
Mereka berdua lalu duduk ditangga. Belum lama mereka duduk cowok yang kemarin bersama  nandar,lewat dihadapan mereka.
                        “Kamu kenapa na, liat orang sampai segitunya? Seperti mau mendetektif orang”.
                        “Cuma rasa aneh aja si”
                        “Cerita donk”
Nana lalu menceritakan peristiwa yang dialaminya kemarin kepada usi.
                        “Begitu ceritanya? Oh ia sampai lupa. Kalau tidak salah, anak yang sampaikan salamnya nandar itu namanya risky”.
                        “Oh ya? Aku jadi penasaran. Sebelumnya sih aku ngak kenal mereka”
            “Ya sudah, bagaimana kalau kita selidiki mereka? Tapi besok-besok aja. Soalnya kita harus fokus ke ujian dulu “
“okelah si, bantuin aku yah”
“beres...”

***


Sebulan kemudian.

                        “Nana...”teriak usi yang berlarian menuju tempat nana
                        “Ada apa sih teriak-teriak”
                        “Sekarang bilang ke aku, kamu suka kan dengan nandar itu?” paksa usi
                        “Apa-apaan sih kamu ini”
                        “Bilang saja. Belakangan ini kan kamu curhat ke aku tentang dia. Jawab yang jujur donk na”
                        “Aku sih suka liat dia, trus pengen senyum aja kalau dia lewat depan aku”
            “Aduh na, itu tandanya suka. Kamu suka sama nandar itu. Lagian kamu kan sering bilang kalau dia juga suka senyum kalau ketemu kamu,terus sering perhatikan kamu kan?”
“Aduh, memangnya ada apa sih usi?” nana semakin penasaran
“Kemarin aku denger sendiri, nandar bilang sama teman-temannya kalau dia itu suka sama kamu, tapi....” usi tidak melanjutkan kata-katanya.
“Tapi apa si?
“Temannya bilang kamu tidak mungkin suka sama dia?”
                        “Kenapa temannya bilang gitu?”
            “Yang aku dengar , temannya bilang begitu karena kalian tidak saling kenal akrab. Nandar sih diam saja waktu temannya bilang seperti itu”
Nana menghela nafas panjang dan terdian sejenak.
            “Kalau kamu juga suka sama dia, aku akan bilang sama nandar”
            “Ngak usah si”
            “Loh, kenapa”
            “Kalau cinta, ya harus bilang cinta. Dia harus punya keberanian sendiri.”
            “Kalau dia tidak berani gimana?”
            “Ya sudah, biarkan saja berlalu”
            “Idih, basi donk”
            “Sudahlah si, tidak  perlu bahas soal itu lagi. Mending kita belajar yang rajin biar naik kelas”
            “Padahal aku bisa bantuin kamu”
            “Tidak perlu. Sudah-sudah, sekarang kita kekelas” nana menarik tangan usi.
Akan tetapi, nana tetap memikirkan hal itu. Dalam hatinya dia juga punya rasa kecewa.

-->Apa nandar takut mengatakan hal yang sebenarnya? Kalau dia cinta ,semestinya dia harus katakan. Aku sudah beri harapan padanya, kenapa dia tidak mengerti juga?. Ya sudahlah,itu semua terserah dia. Tapi aku Cuma mau bilang “kalau cinta ,yah bilang cinta”.Jangan sampai kamu akhirnya menyesal.
-->
BIODATA PENULIS
Nama lengkap     : Nur Komariah
Sekolah               : Smk Negeri 2 Palu
Kelas                   : XI
Jurusan                : Broadcasting