Studi ekonomi politik media adalah
kajian yang memfokuskan perhatiannya pada penyebab dan konsekuensi ekonomi,
keuangan , dan politik terhadap budaya (babe,2009:8). Ekonomi politik media
sebenarnya adalah pertarungan bagaimana aspek-aspek ekonomik dan politik telah memenuhi produksi dan
reproduksi budaya sebagai komoditas media massa.
Pendekatan ekonomi politik media lebih
melihat bagaimana konsepsi materialisme didistribusikan dan disirkulasikan
dalam praktik pelaksanaan produksi kultural. Babe (2009) juga menuliskan bahwa
akar dari ekonomi olitik media bermula dari pandangan-pandangan dan konsepsi
yang lahir dari para pakar cultural studies (studi budaya) seperti Theodore
adorno , Richard hogart, Raymond William, dan E.P Thompson yang memperkenalkan
teori tentang cultural materialsm yang
merupakan upaya para penganut teori kritis untuk menjelaskan bahwa culture atau
budaya merupakan hasil produksi dan reproduksi yang disebabkan atau menjadi
konekuensi logika ekonomi (materialsm). Budaya telah menjadi komoditas yang
dihasilkan dengan kepentingan tertentu pembuatnya untuk kepentingan memperoleh
keuntungan finansial semata.
Dalam pandangan klasik, ekonomi politik
merupakan diskursus yang mempelajari tentang hubungan kekuasaan terhadap
produksi, distribusi, dan konsumsi kekayaan (wealth), pendapatan dan
sumber-sumber ekonomi, termaksud sumber-sumber informasi, dan komunikasi
(base,2009). Tulisan adam smith (1776) the wealth of nations merupakan teks
pertama yang dianggap memperkenlkan konsep ekonomi politik didalamnya. Smith
menyebutnya ekonomi politik sebagai “a branch of scince of a statesman or
legislator”atau cabang ilmu yang membantu pemerintah menyiapakn kondisi-kondisi
untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi.
Pada perkembangannya, teori klasik
tentang ekonomi politik mengalami pemekaran dan variasi perkembangannya.
Pandangan neoklasik dan Chicago yang mencoba mengaitkan banyak aspek dan
persoalan social dengan perspektif ekonomi politik. Adapun pandangan kritikal
ekonomi politik dan yang akan banyak digunakan dalam penelitian ini melihat
lebih jauh dari sekedar materialisme determinisme saja, melainkan aspek-aspek
yang lebih kritik terhadap kehadiran budaya dan kesadaran. Pendekatan kritis yang motori oleh horkheimer
(1930) dari Frankfurt school, melihat ekonomi politk tidak dalam pandangan
hubungan kekuasaan antara ekonomi politik, tetapi lebih jauh lagi melihat
konsekuensi power relation ini terhadap konteks budaya dan kesadaran masyarakat
yang diciptakannya.
Pndangan kritis memberikan memberikan
pemahamannya pada tiga hal (base,2009:16) pertama, teori kritis menghindari
pandangan determinisme ekonomi dari marxisme. Kedua, pandangan
Frankfurt school ini menolak bahwa pengetahuan bisa atau “can ever be value
free”sehingga mereka secara sadar melihat kondisi social atau ekonomi, dan
praktik-praktiknya dalam masyarakat, terutama pada distribusi pendapatan dan
kekayaan. Ketiga, pandangan teori kritis juga melihat bahwa budaya adalah
kunci untuk memahami hubungan kekuasaan terutama yang tergambar dalam
budaya massa, sehingga pandangan kritis
inilah yang awal mulanya memperkenalkan pendekatan critical media studies.
Contoh
kasus : Beberapa kasus telah
membuktikan ketika media yang dimiliki fungsionaris partai politik tertentu,
digunakan sebagai ajang kampanye oleh pemeliknya untuk pemenangan dirinya.
Belum lagi PT. Media Nusantara Citra (MNC) yang yang di nahkodai oleh hary tanu
yang juga selaku bagian dari partai politik yang mada kepemilikan medianya
semakin besar.
Referensi :
Henry subiakto, Rachmah
ida . 2012. Komunikasi Politik, Media,
& Demokrasi, Jakarta : kencana raya,
0 comments:
Post a Comment