Konglomerasi
televisi tidak saja berkembang di Indonesia Fenomena ini telah mengglobal. Ben
Bagdikian (1998) dalam studinya menunjukkan bahwa konglomerasi media didunia
telah mengarah pada konsentrasi kepemilikan yang mengerikan. Kepemilikan media
didunia mengkhawatirkan karena merekalah dengan modal/capital meterialisme yang
dimilikinya menyebarkan ideology-ideologi dominan yang membahayakan, seperti
yang diuraikan oleh tradisi neo-marxist.
Contoh Kasus
: Pada akhir tahun 1990-an, beberapa stasiun Tv swasta nasional pun mulai
berdiri di Indonesia. Trans Tv dimiliki oleh pengusaha pribumi dan pemilik para
grup chairul tanjung. Lativi yang dimiliki oleh mantan menteri soeharto kala
itu yakni abdul latief. Lativi akhirnya bangkrut dan diambil alih oleh bakrie
group yang berganti nama menjadi TVone. Sementara itu kompas grup juga
mendirikan televise swasta nasional, yakni tv7. Namun tidak bertahan lama,
kemudian tv7 dimerger oleh chairul tanjung dari para grup menjadi trans7.
Mulailah bisnis televisi di tanah air, menjadi lebih kompetitif karena mereka
harus berebut kue iklan yang ada.
Referensi
Henry subiakto, Rachmah
ida . 2012. Komunikasi Politik, Media,
& Demokrasi, Jakarta : kencana raya,
0 comments:
Post a Comment